RSS

Kamis, 10 Desember 2015

Remember *Flash Fiction*


“Ingatlah, bahwa aku akan selalu menunggumu, meski ada jarak yang tiba-tiba terbentang diantara kita. Yakinlah, jarak itu akan menghilang seiring dengan kepingan hati kita yang kembali utuh jika disatukan.”
***
“Aku tunggu pukul sembilan nanti. Sampai jumpa di depan Stade de France.”
Vega tak kuasa mengulum senyum setelah mendengar suara baritone yang kini terdengar familiar di telinganya.
Gadis itu bangkit dari tempat ia tidur, kemudian berjalan menuju rak pakaian. Jari-jari mungilnya bergerak terampil memilih pakaian yang ia anggap cocok untuk malam ini. Hingga pilihannya jatuh pada gaun berwarna biru muda dengan bunga kecil berwarna senada yang memutari pinggang.
Dengan senyum merekah dia mematut dirinya di depan cermin, ia memang tidak suka terlalu berlebihan, jadi ia hanya memoles wajahnya dengan make up tipis dan membiarkan rambutnya terurai.
***
Altair tidak dapat berhenti memasang senyum, pemuda itu melempar pandangan pada kotak berwarna merah marun dan setangkai mawar yang dia genggam. Tiga tahun sudah berlalu, ia rasa itu cukup untuk menjadikan gadisnya menjadi milik Altair seutuhnya.
Apartemen gadis itu dekat dengan Stade de France, ia terlalu gugup untuk menunggu di depan Apartemen gadis itu, dan memilih menunggu di Stade de France untuk menghilangkan kegugupannya.
Ia telah membayangkan saat-saat berdansa dengan Vega di bawah bintang, di dekat Menara Eiffel. Ia tidak sabar menunggu pipi pualam sang gadis yang merona, atau senyuman malu-malu yang nampak pada wajahnya. Altair mencintai gadis itu. Sungguh.
Lima menit menunggu Vega, dari sela-sela keramaian, Altair dapat melihat gadis itu terlihat kebingungan mencarinya. Spontan ia melambai, dan memanggil gadis itu.
“Vega!”
Gadis itu belum menoleh, saat ia akan memanggilnya lagi, tiba-tiba tubuhnya terasa terlempar, udara menjadi panas tidak terkira, suara teriakan bersahutan dengan suara ledakan yang maha dahsyat. Kemudian semuanya menggelap.
***
Altair terus menyalahkan diri sendiri. Setahun telah berlalu semenjak tragedi itu, dan sang kekasih hati sama sekali belum dia temukan. Kepala Kepolisian berkata banyak korban yang terlalu sulit untuk di identifikasi, dan Altair menolak tahu, karena dia percaya, Vega pasti masih hidup.
Andai dia menunggu di Apartemen gadis itu, Andai ledakan bom, dan aksi terorisme itu tidak pernah ada, andai dia tidak membuat janji bertemu di Stade de France, semua ini pasti tidak akan terjadi. Tidak akan.
Langkah tegap pemuda itu kian merapuh, punggungnya seakan hancur. Dipandangnya Stade de France yang masih menjulang dengan tatapan nanar. Andai gadisnya masih disini, disisinya.
Netra hitamnya mengerjap, ketika dia melihat sesosok gadis mengenakan gaun biru yang terasa familiar dimatanya. Itu… Vega, gadisnya.
Tanpa membuang banyak waktu, dia berlari kearah gadis itu lantas memeluknya erat.
“Kau kembali.”
Gadis itu tersenyum, lantas berkata, “Kamu harus ingat, bahwa aku akan selalu menunggumu.”
“Jangan pergi lagi.” Bisik Altair tepat di telinga Vega.
“Tidak akan, karena kepingan hati kita telah menjadi utuh.”
Seiring mengeratnya pelukan mereka, seiring hilangnya jarak antara tubuh mereka, sebilah cahaya melingkupi tubuh mereka, kemudian yang tersisa hanya embusan angin yang berbaur dengan kelopak mawar yang telah mengering.
***
“Mom, bisa ceritakan siapa Vega dan Altair?”
Sang ibu tersenyum, kemudian mengusap penuh sayang puncak kepala gadis kecilnya. “Mereka sepasang kekasih yang harus berpisah karena tragedi paris bertahun-tahun yang lalu.”
“Apa sekarang mereka sudah bersama?”
“Vega dan Altair meninggal pada hari yang sama, setahun setelah tragedi itu. Konon, Vega koma selama setahun, dan Altair tidak mengetahuinya, tetapi saat Vega mengembuskan napas yang terakhir, disaat yang bersamaan Altair tewas di depan Stade de France, karena tertabrak mobil.”
Anak berambut ikal itu lantas tersenyum, “Apa itu yang dinamakan cinta sejati?”
Ibunya mengangguk. “Mungkin, kamu tahu? Setelah jasad Altair dilarikan ke Rumah Sakit untuk otopsi, bagian depan Stade de France tiba-tiba bercahaya, dan angin berembus kencang menerbangkan kelopak mawar kering.”
*END*

helooooo ini hutang pajak bday saya, maaf sad end, tp menurut saya ini happy end (?) 
btw specially thanks for @nitajulio_ & @alipia_rizky buat kadonya yg delivery order
buat teman2 sekelas yang gabisa disebutin satu-satu, makasih boneka, tempat kacamata, kupluk kecenya,
juga buat segala ucapan, dari panitia natal YPFNS, agen bumi, especially mama dan semuanya,
God bless us yaa :*
salam bintang dandelion!