“Ingatlah, bahwa aku akan
selalu menunggumu, meski ada jarak yang tiba-tiba terbentang diantara kita. Yakinlah,
jarak itu akan menghilang seiring dengan kepingan hati kita yang kembali utuh
jika disatukan.”
***
“Aku tunggu pukul sembilan
nanti. Sampai jumpa di depan Stade de France.”
Vega
tak kuasa mengulum senyum setelah mendengar suara baritone yang kini terdengar familiar di telinganya.
Gadis
itu bangkit dari tempat ia tidur, kemudian berjalan menuju rak pakaian. Jari-jari
mungilnya bergerak terampil memilih pakaian yang ia anggap cocok untuk malam
ini. Hingga pilihannya jatuh pada gaun berwarna biru muda dengan bunga kecil
berwarna senada yang memutari pinggang.
Dengan
senyum merekah dia mematut dirinya di depan cermin, ia memang tidak suka
terlalu berlebihan, jadi ia hanya memoles wajahnya dengan make up tipis dan membiarkan rambutnya terurai.
***
Altair
tidak dapat berhenti memasang senyum, pemuda itu melempar pandangan pada kotak
berwarna merah marun dan setangkai mawar yang dia genggam. Tiga tahun sudah
berlalu, ia rasa itu cukup untuk menjadikan gadisnya menjadi milik Altair
seutuhnya.
Apartemen
gadis itu dekat dengan Stade de France, ia terlalu gugup untuk menunggu di
depan Apartemen gadis itu, dan memilih menunggu di Stade de France untuk
menghilangkan kegugupannya.
Ia
telah membayangkan saat-saat berdansa dengan Vega di bawah bintang, di dekat
Menara Eiffel. Ia tidak sabar menunggu pipi pualam sang gadis yang merona, atau
senyuman malu-malu yang nampak pada wajahnya. Altair mencintai gadis itu. Sungguh.
Lima
menit menunggu Vega, dari sela-sela keramaian, Altair dapat melihat gadis itu
terlihat kebingungan mencarinya. Spontan ia melambai, dan memanggil gadis itu.
“Vega!”
Gadis
itu belum menoleh, saat ia akan memanggilnya lagi, tiba-tiba tubuhnya terasa
terlempar, udara menjadi panas tidak terkira, suara teriakan bersahutan dengan
suara ledakan yang maha dahsyat. Kemudian semuanya menggelap.
***
Altair
terus menyalahkan diri sendiri. Setahun telah berlalu semenjak tragedi itu, dan
sang kekasih hati sama sekali belum dia temukan. Kepala Kepolisian berkata
banyak korban yang terlalu sulit untuk di identifikasi, dan Altair menolak
tahu, karena dia percaya, Vega pasti masih hidup.
Andai
dia menunggu di Apartemen gadis itu, Andai ledakan bom, dan aksi terorisme itu
tidak pernah ada, andai dia tidak membuat janji bertemu di Stade de France,
semua ini pasti tidak akan terjadi. Tidak akan.
Langkah
tegap pemuda itu kian merapuh, punggungnya seakan hancur. Dipandangnya Stade de
France yang masih menjulang dengan tatapan nanar. Andai gadisnya masih disini,
disisinya.
Netra
hitamnya mengerjap, ketika dia melihat sesosok gadis mengenakan gaun biru yang
terasa familiar dimatanya. Itu… Vega,
gadisnya.
Tanpa
membuang banyak waktu, dia berlari kearah gadis itu lantas memeluknya erat.
“Kau
kembali.”
Gadis
itu tersenyum, lantas berkata, “Kamu harus ingat, bahwa aku akan selalu
menunggumu.”
“Jangan
pergi lagi.” Bisik Altair tepat di telinga Vega.
“Tidak
akan, karena kepingan hati kita telah menjadi utuh.”
Seiring
mengeratnya pelukan mereka, seiring hilangnya jarak antara tubuh mereka, sebilah
cahaya melingkupi tubuh mereka, kemudian yang tersisa hanya embusan angin yang
berbaur dengan kelopak mawar yang telah mengering.
***
“Mom,
bisa ceritakan siapa Vega dan Altair?”
Sang
ibu tersenyum, kemudian mengusap penuh sayang puncak kepala gadis kecilnya. “Mereka
sepasang kekasih yang harus berpisah karena tragedi paris bertahun-tahun yang
lalu.”
“Apa
sekarang mereka sudah bersama?”
“Vega
dan Altair meninggal pada hari yang sama, setahun setelah tragedi itu. Konon,
Vega koma selama setahun, dan Altair tidak mengetahuinya, tetapi saat Vega
mengembuskan napas yang terakhir, disaat yang bersamaan Altair tewas di depan
Stade de France, karena tertabrak mobil.”
Anak
berambut ikal itu lantas tersenyum, “Apa itu yang dinamakan cinta sejati?”
Ibunya
mengangguk. “Mungkin, kamu tahu? Setelah jasad Altair dilarikan ke Rumah Sakit
untuk otopsi, bagian depan Stade de France tiba-tiba bercahaya, dan angin
berembus kencang menerbangkan kelopak mawar kering.”
*END*
helooooo ini hutang pajak bday saya, maaf sad end, tp menurut saya ini happy end (?)
btw specially thanks for @nitajulio_ & @alipia_rizky buat kadonya yg delivery order
buat teman2 sekelas yang gabisa disebutin satu-satu, makasih boneka, tempat kacamata, kupluk kecenya,
juga buat segala ucapan, dari panitia natal YPFNS, agen bumi, especially mama dan semuanya,
God bless us yaa :*
salam bintang dandelion!