Tampan Tak Tergenggam.
Kenyataan itu, kini tengah
menggenggam sebuah perasaan. Perasaan yang tidak tahu kapan ia datang, kapan ia
dapat dikecap, dan kapan ia ada. perasaan yang tidak pernah terduga, dan dapat
dirasakan siapa saja.
Tentang Cinta.
Apa yang dimaksud dengan
jatuh cinta, dan membangun cinta? Atau…
Apa yang diharapkan dari
mencintai, dan dicintai?
Aku tidak mengerti, kenapa
Tuhan menciptakan rasa cinta, jika pada akhirnya ada segelintir orang merasakan
luka. Apakah itu yang dimaksud dengan cinta? Bahkan segelintir orang berkata,
orang yang sering menyakitimu, adalah orang yang paling mencintaimu. Tetapi apa
benar?
Jatuh cinta itu mudah, kamu
tahu? hanya sekian detik dari sekian banyak waktu, dapat membuatku jatuh cinta
kepadamu. Aku tidak mengerti bagaimana perasaan itu datang. yang jelas, kamu
adalah, satu-satunya anak laki-laki yang pernah menghabiskan waktu terlama
dengan Ayahku. Laki-laki yang aku sayang seumur hidupku.
Kamu, anak laki-laki yang
datang dengan kesederhanaan, yang dengan senyuman tipis khasmu, mencoba
membuatku bangkit dari keterpurukan itu, keterpurukan saat orang yang paling
aku sayang pergi dari dunia.
Kamu bahkan tidak
mengucapkan kata pada saat itu, tetapi sorot matamu seakan berkata segalanya,
sorot matamu seakan memperlihatkan rasa kehilangan yang sama. Dan genggaman
lembut dari tanganmu, membuatku tersadar pada hatiku. Bahwa aku jatuh cinta
dengan kamu.
Hubungan kita memang tak
selalu berjalan dengan baik, kita sama-sama tahu, bahwa aku pergi dengan
mimpiku, dan kamu pergi dengan mimpimu. Hingga, suatu senja kembali
mempertemukan kita.
Kamu telah tumbuh menjadi
pemuda yang melebihi batas atas ekspektasiku. Kamu… Tampan.
Dan satu hal lagi yang
membuatku semakin jatuh cinta lagi padamu, kamu berkata; kamu tidak akan
mengikat hubungan khusus dengan seseorang sebelum kamu berhasil meraih mimpimu.
Sebuah prinsip yang dari awal telah aku pegang juga.
Aku tidak mengerti, setiap
cerita yang aku ciptakan lagi-lagi selalu tergambar sosokmu. Ribuan bait dan
kata yang tertulis rapi dalam sebongkah kertas, selalu aku ciptakan untuk kamu.
Sosok yang hanya bisa aku
pandang sebatas punggung.
Aku selalu diam-diam
menyelipkan sosokmu, dalam tiap alur cerita yang aku buat. Entah kenapa… aku
tidak ingin penantian yang aku rasakan berlalu begitu saja, tanpa bisa aku
rekam.
Ironis, ketika orang-orang
terdekatku membaca tiap kata yang aku tuliskan, mereka selalu tahu, aku… tidak
bisa berhenti menuliskan sosokmu dalam rangkaian kata yang aku buat. Malangnya…
dari sekian banyak cerita yang aku buat, sampai detik inipun, menggenggam
namamu saja aku tidak mampu.
Aku hanya terdiam,
menggumamkan namamu pada bintang, yang acapkali membias wajahku ketika malam.
Menunggumu dalam diam, mengharapkanmu dari jauh. Karena dari awal, aku tidak
mau mengganggu mimpimu.
Membiarkan kita berjalan
pada mimpi masing-masing, tanpa tahu pada akhirnya persimpangan jalan itu tidak
akan menemui ujung. Kita… tidak bisa bersatu.
Aku tidak pernah tahu berapa
malam yang telah aku bunuh untuk menunggu kamu, meski kita tumbuh di tempat
berbeda, tetapi kita sama-sama tahu, bahwa kita tetap berada pada langit yang
sama.
Kamu jatuh cinta terlebih
dahulu, itu wajar, karena jatuh cinta selalu datang tanpa bisa diharapkan.
Ironisnya, kamu tidak jatuh cinta denganku. parahnya lagi, kamu mengabaikan prinsipmu dan mengikat hubungan dengan seseorang.
Pada akhirnya, apa yang aku
nanti hanya kembali dengan sebuah angan. Kamu… telah dimiliki orang lain. Kamu
mengabaikan prinsipmu yang dulu kamu pegang teguh. Kamu bukan lagi yang aku
nantikan dulu.
Orang bilang jatuh cinta
adalah interaksi sepadan antara menghampiri, dan dihampiri. Hingga pada
akhirnya, seseorang akan berpetualang dari dari daratan satu, ke daratan yang
lain, bahkan dari satu samudera, ke samudera yang lain hingga akhirnya dia
berlabuh. dan singgah disana untuk selamanya.
Kata seorang sahabatku, kamu
sedang berpetualang. Hingga pada akhirnya nanti kamu akan mencari tempat,
dimana sesungguhnya kamu akan kembali pulang.
Aku hanya tertawa hambar,
ketika sahabatku bertanya. Maukah aku menjadi tempat untukmu pulang?
Faktanya, kamu bukan lagi
kamu yang aku tunggu. Kamu hanya meninggalkan luka-luka kecil yang aku tidak
tahu kapan luka itu akan sembuh dan menghilang.
Aku bahkan ingin menelan
segenggam benzokain, agar seluruh organ tubuhku mati rasa melihat kamu. Ini
terlalu sakit untuk dirasa, kamu membuat sakit tanpa kamu sendiri sadari.
Terkadang, aku meratapi
hidupku. Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada sosok seperti kamu? Hingga pada
akhirnya, aku sendiri juga tersiksa dengan perasaan yang hanya membuatku merana
kemudian.
Kamu membuatku jatuh terlalu
dalam. Tanpa tahu aku begitu susah menggapai permukaan itu lagi.
Kamu membuatku tenggelam
dalam samudera, tanpa tahu aku hampir menghabiskan napasku, hanya untuk
menunggu kamu yang tidak pernah
menghampiriku.
Kamu bahkan seperti
narkotika. Membuat candu tapi mematikan.
Kamu, pemuda yang membuatku
jatuh cinta dengan cara menyedihkan. Cinta pertama yang mengandung seribu luka.
Kamu… terlalu sulit untuk
aku gapai.
Kamu terlalu sempurna untuk
aku genggam.
Ketika apa yang diharapkan,
tidak kunjung dapat digapai, kita pasti memilih menyerahkan?
Begitupun aku. Aku
sudah tidak bisa mengokohkan perasaan ini lagi. Perasaan yang selalu membuatku
tersiksa.
Karena perasaan ini telah
tertanam, dan tumbuh sendiri dalam hati ini, maka aku juga berusaha, agar
perasaan ini bisa terkikis seiring berjalannya waktu.
Aku sadar, bahwa aku bukan
siapa-siapa.
Tidak selamanya, aku harus
mengejar sosok yang terus berlari tanpa ia mau menoleh ke arahku, aku tidak
ingin seperti Eros, yang menghabiskan seluruh hidupnya, untuk seseorang yang
selalu terlihat punggungnya saja.
Maka dari itu, jika kamu
membaca tiap kata yang aku tuliskan ini, anggaplah ini tidak pernah ada.
Aku minta maaf, untuk enam
tahunku yang selalu menunggu kamu, dan untuk setiap perasaan yang membebani
setiap kita, tanpa bisa aku cegah.
Aku memilih mundur. Mencoba
menganggap perasaan yang telah aku pupuk selama enam tahun itu tidak pernah
ada.
Kamu tahu? pada akhirnya,
aku bisa menjawab apa yang ditanyakan sahabatku sebelumnya, aku tidak mau
menjadi tempat untuk kamu pulang.
Sesederhana Dandelion yang
ditiup angin, aku membiarkan juga harapan sederhanaku terbang untuk terwujud, harapan untuk
dapat melupakan kamu.
Aku yang sekarang tidak mau jatuh
cinta, yang aku inginkan hanya membangun cinta.
Aku memilih membangun cinta,
karena membangun cinta memerlukan waktu seumur hidup, tidak seperti jatuh cinta
yang hanya membutuhkan waktu sekejap.
Aku ingin membangun cinta
bersama seseorang yang menghampiriku kelak, seseorang yang tidak pernah
memberiku sebuah kata ‘kadang’. Seseorang yang memang pantas aku tunggu,
seseorang yang setiap malam aku doakan, dan kini belum aku temukan.
Lanjutkanlah hidupmu yang sekarang, Selama
itu membuatmu berbahagia. Jagalah dia, seseorang yang kamu pilih.
Suatu kenyataan yang
kembali membungkam anganku, selama enam tahun ini, kamu tampan… tetapi tidak
bisa aku genggam.
………………
Malam ini,
Ditengah bintang yang
bertaburan dilangit,
Aku menulis sajak tak
berarti,
Untuk laki-laki yang tidak
pernah bisa aku gapai,
Enam tahun yang aku rangkai
dalam mimpi,
Kini terbongkar mengikis
misteri,
Aku memantapkan hati,
Bahwa aku… tidak akan
menunggu kamu lagi,
Cukup jadilah kemarin,
Jangan pernah datang lagi,
……………………………
Diantara angin yang tak lagi
membisikan kata rindu,
Aku……………………….
…. Tidak lagi butuh kamu
Tertanda,
Gadis yang pernah menanti
kehadiranmu dalam diam.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
akhirnyaa dengan ini saya dan teteh agen menyatakan bahwa kami akan sama-sama berhenti, dan melanjutkan hidup yang sesungguhnya tanpa bayang-bayang masa lalu.
2015 kami mau sama-sama membuka buku baru, bukan lembaran, karena udah mainstream.
kami mau move up! yeayy! selamat menyongsong tahun baru 2015^^
ini link surat dari teteh agen purwakarta Tampan Tak Tergenggam By Nita
ini link surat dari teteh agen purwakarta Tampan Tak Tergenggam By Nita
Gb us :D salam bintang dandelion~