RSS

Kamis, 03 Agustus 2017

#DearPapa 2 [Keluarga Kecilmu]

Dear Papa

Dear Papa,
Pada malam penuh bintang ini aku kembali menyapa kamu.

Dear papa,
Hari ini aku ingin bercerita, dan sekali lagi, aku hanya ingin membaginya kepada papa, walau hanya berujung dengan sepucuk surat.

Dear Papa,
Kita sama-sama tahu, bahwa waktu dan kenangan, adalah bagian yang saling terikat.
Karena, ketika waktu bergulir, kenangan akan selalu mengikutinya.

Dan aku, ingin membahas kenangan kita yang telah lalu.

Ingatkah papa pada akhir bulan Februari, papa memberiku sebuah motor baru? Padahal waktu itu aku belum genap berusia 13 tahun.

Saat itu aku baru saja pulang sekolah, dan ketika aku membuka handel pintu, papa berteriak "Kejutan!" diikuti dengan suara mama, dan dek niko.
Terkesiap, aku hanya menutup mulutku dengan kedua tangan, sembari berpikir, bahwa aku tidak berulang tahun hari itu, lantas kenapa papa memberikan kejutan? Dan sebuah motor baru. 

Padahal, papa yang baru saja berulang tahun. 

Ketika aku bertanya, papa berkata, "Untukmu, ketika sudah cukup umur nanti."

Ketika aku bertanya, "Kenapa sekarang? Kenapa tidak menungguku berumur tujuh belas tahun pa?"

Dan dengan senyum meneduhkan milikmu, kamu menjawab, "Karena papa, ingin memberikannya sekarang."

Namun, tanpa kita sama-sama tahu dan sadari, itulah kado terakhir, dan terindah -bagiku-  darimu pa.
Karena, dua bulan kemudian, kamu menyerah untuk tetap melihat dunia, kamu... berhenti berjuang, dan meninggalkan kami, disini.

Dan seiring berjalannya waktu, dan kedewasaanku, aku selalu menggunakan kado terakhir dari papa kemanapun aku pergi, dan ketika mengendarainya, aku merasa ada jiwa papa yang selalu mengikutiku selama aku pergi.

Dan selama delapan tahun pula, kado terakhirmu, menjadi saksi bisu perjalanan hidupku tanpamu pa, bagaimana aku menjadi lebih dewasa, bagaimana aku menjadi ketua, dan berkelana ketika mengemban amanatku, saksi bisu ketika aku mendapat gaji pertamaku. Dan bahkan, ketika aku terjatuh karena ceroboh berkendara.

Dear Papa, dengan surat ini, aku meminta ijinmu.
Bukan aku tidak mau memelihara kenangan kita, dan bukan aku tidak menyayangi kado terakhir darimu.

Dear Papa, kado terakhirmu sudah tidak muda lagi, dan banyak orang berkata, mungkin sudah saatnya aku menggantinya. Satu hari lalu aku sudah memiliki motor baru dari jerih payah penghasilanku selama ini, bolehkah aku menggantinya Pa?  Meski aku tahu, kado terkakhir darimu, tidak bisa terganti oleh apapun. Maka dari itu, akupun ingin memastikan, bahwa pemilik barunya akan merawatnya sebaik mungkin, seperti aku yang merawatnya sepenuh hati.

Dear Papa, ada satu hal yang masih mengganjal dalam benakku, ketika Papa memberikannya, apakah dalam benak papa sudah terbayang, bahwa papa, tidak akan bisa memberikannya ketika aku berusia 17 tahun? Memikirkannya, membuatku kembali meneteskan air mata pa... Banyak momen yang tidak bisa kita lewati bersama, meski aku tahu, inilah yang terbaik untuk kita...

Dear Papa, aku ingin memberitahukan, bahwa oktober nanti, akan menjadi hari bersejarah bagiku, dan tidak akan terasa lengkap karena aku tidak bisa melihat papa secara nyata.
Terkadang, aku membayangkan, bukankah begitu sempurnanya, momen itu, jika papa dan mama duduk berdampingan dan menyaksikanku mengenakan toga? Meski nyatanya itu semua tidak akan bisa terjadi, karena aku, tidak bisa melihat papa secara nyata.

Dear papa, kitapun sama-sama tahu bahwa rindu yang tak pernah habis adalah rindu yang tidak pernah bisa bermuara.

Dan aku tahu, bahwa rinduku pada papa, hanya bisa bermuara lewat doa. Sekali lagi pa, aku benar-benar telah mengikhlaskan kepergianmu, karena kamu sudah tidak merasakan penyakit itu lagi, kamu tidak tersiksa, dan kamu pasti sudah bahagia dengan Yesus disurga, tetapi pa, rindu ini yang membuat surat ini ada, dan aku yakin, Tuhan yang akan menyampaikannya padamu.

Terimakasih untuk setiap waktu dan kenangan yang boleh kita ukir bersama.

With love❤
Your daughter.