Cinta mungkin bisa datang
berkali-kali, tetapi kairos, hanya datang sekali.
***
“Aku cinta kamu.”
Shallom mengrenyit, setelah mendengar ucapan dari
Pemuda jangkung dihadapannya.
“Apa? Bisa kamu ulangi perkataan kamu?”
Pemuda itu mengembuskan napas kasar. “Aku cinta
kamu.” ulangnya lagi.
Kemudian hening, yang terdengar hanya debur ombak
yang berbisik lembut pada mereka.
“Terimakasih.” Ungkap Shallom ketika sudah bisa
menguasai diri. “Tetapi aku tidak bisa.”
“Kenapa?” tanya Pemuda itu kemudian.
“Kamu terlambat datang.” ucap Shallom sembari
mengulas senyum.
Rahang Pemuda itu mengeras. “Bukankah kamu juga
memiliki perasaan yang sama dengan aku?”
Shallom mendongak, menatap iris hitam milik
laki-laki yang dulu sempat singgah dihatinya. “Tahu apa kamu tentang
perasaanku?” gadis itu berucap getir.
Pemuda dihadapan Shallom, lantas memalingkan muka. Aku sangat tahu perasaanmu, baik dulu,
hingga saat ini. Katanya, meski hanya tertahan dalam relung hati.
“Ben,” Shallom memanggil Pemuda itu. “Kamu cinta
pertamaku. Dan aku tidak akan pernah bisa merubah itu.”
Iris hitam Ben membulat, meski dia telah tahu
kenyataan itu sejak lama, meski dia sempat menyangkal, dan berakhir penyesalan.
Dengan suara serak, laki-laki itu kembali bersuara, “Lantas, apa yang membuatku
terlambat?”
Shallom tersenyum tipis, “Aku pernah mengejar
punggungmu, mengejarmu hingga aku terjatuh, terluka, dan merasakan sakit.
Tetapi, kamu tidak pernah berbalik, karena kamu sedang mengejar punggung
seorang gadis, dan ia dapat kamu raih.”
Ben mendengarkan Shallom dengan seksama, perkataan
gadis itu tanpa sadar membuatnya seakan berjalan diatas jarum, sedikit-demi
sedikit, membuatnya sakit tak berdaya, membuatnya jatuh pada jurang penyesalan
yang begitu dalam.
“Kamu seperti seorang petualang, yang singgah kesatu
tempat ke tempat yang lain, tanpa peduli sekeping daratan, sedang menantikanmu
untuk berdiam disana.”
“-Kamu tempatku pulang, tempatku berlabuh.” Sahut
Ben, menghentikan perkataan Shallom.
Gadis itu menggeleng, “Kamu salah. Sekeping daratan
itu, telah menemukan tuannya, seseorang yang memantapkan hatinya dari awal,
seperti perahu yang hanya melaju pada satu pulau.”
Ditatapnya dalam-dalam netra hitam milik Ben, “Maaf,
tetapi aku tidak mau menjadi tempat kamu untuk pulang.”
Tangan Pemuda itu mengepal erat, “Siapa Pemuda itu?”
Shallom memejamkan mata, membayangkan sosok Adonis
yang kini selalu menepati tempat special dihatinya. “Mas Moses, anak dari
sahabat Papa. Dia tidak lebih tampan, ataupun lebih pintar daripada kamu,
tetapi dia punya suatu hal yang tidak kamu punyai.”
“Apa itu?”
Gadis itu tersenyum, “Ketulusan. Kamu tahu? Dia
mencariku setelah kami hilang kontak, dia menungguku, tanpa tahu mengenal
lelah, dia selalu ada disisi terpurukku, dan mengulurkan tangannya agar aku
kembali bangkit. Dia tidak pernah melukaiku.”
Diraihnya tangan kokoh Ben, dalam genggaman. “Ben,
jika kamu benar-benar mencintaiku, kamu tidak akan pernah menyangkal perasaanku
sebelumnya, kamu tidak akan meninggalkanku disaat terburukku, kamu tidak akan
menjauh. Kamu harus tahu, mencintai kamu hanya membuatku sakit. Mencintai kamu
adalah sebuah kesalahan, kita adalah sahabat, dan selamanya akan terus seperti
itu.”
Ben menatap tangan mungil yang sedang membungkus
tanggannya. Bibirnya masih terkatup, enggan mengucap kata. Andai dia tidak pernah menyianyiakan perasaan
tulus gadis ini, pasti dia akan menjadi pemuda paling bahagia sekarang.
Gadis itu masih mengulas senyum. “Aku sudah bahagia
dengan Mas Moses. Sampai kapanpun, Ben adalah sahabat terbaikku, sahabat yang
juga pernah menghabiskan senja dengan Papaku, carilah kebahagiaanmu sendiri,
seseorang yang terbaik untukmu sedang menunggu.”
Ben menaikan sebelah alisnya. “Memang siapa lagi,
yang pernah menghabiskan senja bersama Papamu, selain aku?”
“Tentu saja Mas Moses! Dia bahkan lebih banyak
menghabiskan senja bersama Papa, meski saat itu dia masih berusia empat tahun!”
Ben hanya menaikan bahu. “Jika itu maumu, aku bisa
apa? Setidaknya, aku pernah menjadi bagian dalam hatimu. Itu sudah cukup. Be happy, Shallom.” ungkapnya, sambil
mengacak pelan rambut hitam Shallom.
Tidak lama setelah itu, Ben menarik diri, sementara
Shallom melambaikan tangan, dan perlahan meninggalkannya, menghampiri sosok tampan
yang tak lama kemudian, mengecup dahi gadis itu lembut.
Setidaknya, itu adalah tanda bagi Ben, sudah saatnya
dia untuk melepas, karena kairos
hanya datang sekali.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------wakatta~ akhirnya saya bikin side story dari waiting for you!
jika anda ingin membaca silahkan klik tautan ini Waiting For You sekarang terungkap sudah, laki-laki yang pernah disayangi Shallom ;) -meskipun ini hanya ficlet-
tidak menutup kemungkinan saya akan menggunakan karakter MosesShallom di lain cerita, karena mereka tokoh one-shoot favorit saya ;)
terimakasih juga untuk teman-teman lokakarya pers kampus kopertis 6 ;) November ceria, tambah teman, tambah ilmu, tambah mengerti menulis nonfiksi (karena basic saya di fiksi ;P)
sekian salam bintang dandelion!
-Giardanila-
3 komentar:
Keren bangetttttt
Thread: seiko titanium - Titanium-Arts.com
Thread: seiko titanium carabiners titanium. I was recently on this forum and wanted to see the titanium steel new one for titanium symbol the new It's not a replacement but I am sure man titanium bracelet there titanium nitride are.
km821 aj 1 royal,jordan 1 black toe,jordan 1 shattered backboard,jordan 4 travis scott,jordan 11 bred,jordan 4 bred,jordan daily,jordan 12 flugame,jordan 12 ovo
Posting Komentar