RSS

Kamis, 22 November 2018

Gema Aksara dan Sebongkah Harapan #DearPapa

Gema Aksara dan Sebongkah Harapan

Dear Papa,
Terhitung mulai detik ini, aku memasuki babak baru dalam hidupku.
Dan, pada hari ini, terhitung aku melewati hari bahagia ke satu dasawarsa, tanpa hadirnya kamu.
Banyak hal telah terjadi, berbagai fase hidup yang pada akhirnya aku jalani sendiri, tanpa kamu.

Seperti saat aku mengenakan toga, mungkin rasanya sempurna jika ada kamu dalam hadapan kami, ataupun kamu yang pasti mengomel saat bagaimana pertama kali aku mengeluh memasuki kehidupan pekerjaan yang biasa orang sebut dengan fase hidup sesungguhnya. Aku bersyukur telah meraih sebagian mimpiku, meski tak sempurna karena tidak hadirmu secara nyata.

Dua puluh dua tahun.
Orang bilang, pada usia ini segala mimpi yang dicapai dengan tangannya sendiri telah usai.
Orang bilang, pada saat ini, sudah saatnya aku dipertemukan dengan seseorang. tulang rusukku.
Tetapi, faktanya, segala mimpi yang menjadi anganku, masih ada dalam tempat yang sama.
Naskah yang aku kirim, masih juga belum menemui kabar, sedang aku masih berjuang melawan ribuan naskah, untuk naskah lain yang sedang aku lombakan.
Nyatanya, aku masih belum dipertemukan dengan siapapun, entitas dari laki-laki yang selama ini aku doakan.

Pa, terkadang ada banyak kenangan kita yang mulai terkikis waktu.
Maka, aku memilih menulisnya dengan rangkaian aksara.
Ada alasan tersendiri, kenapa aku lumayan sering menggunakan pegawai PLN sebagai latar profesi setiap tokohku. Alasan pertama, aku ingin mengkristalkan setiap momen yang mulai terkikis oleh ingatan. Alasan kedua, untuk mengingat janjiku yang tidak akan pernah terwujud, untuk menjadi penerus Papa sebagai Pegawai PLN.
Alasan ketiga, untuk mengingat janji Papa yang sampai selamanya tidak akan terwujud, Papa yang akan campur tangan dalam kisah cintaku, Papa yang pernah berkata, "Belajar yang benar, Mbak. jadi perempuan sukses. Nggak usah pacar-pacaran. Nanti kalau sudah besar, Papa yang seleksi. Atau, nanti Papa carikan junior Papa." namun semua hanya angan ya Pa?

Bukan, aku sama sekali tidak ingin menagih janji itu, bukankah kita impas? karena pada akhirnya aku menjadi petugas farmasi yang siap memberikan obat pada pasien. Dan, jika Papa tahu, aku selalu senang jika berhadapan dengan pasien yang berasal dari kantor akbar Papa. Aku tidak sungkan mengajak mereka sharing. Memang sedikit menyakitkan ketika mengingat perjuangan Papa untuk sembuh, tetapi melihat mereka yang semangat berjuang untuk sembuh, aku menjadi teringat Papa. Itu lebih baik daripada setiap momen yang kita lakukan mulai terkikis dalam ingatanku.


Satu babak baru, mulai kembali aku taklukan. Dua puluh dua tahun, bukan waktunya lagi untuk bermain-main. Meskipun terkadang iri dan rindu melihat seorang ayah dan anak bercengkerama secara bebas, aku bersyukur kondisi Papa sekarang adalah yang terbaik, Papa sudah tidak merasakan sakit itu. Pa, kamu pasti tahu, bagian-bagian dari mimpiku, dan apa yang menjadi penantianku selama ini. Aku ingin menjadi penulis yang sukses. Aku ingin menjadi petugas farmasi yang kompeten, dan aku ingin dipertemukan dengan laki-laki yang seperti Papa, yang mencintai Tuhan Yesus dengan setulus hati. Terlalu muluk dan idealis ya Pa? tetapi faktanya ini yang aku doakan tiap malam.Meskipun aku sebenarnya tidak mematenkan bagaimana kelak, laki-laki yang dikirimkan Tuhan untukku. Aku tidak pernah menyesal memantapkan diri untuk menunggu cinta sejati, menjaga sebuah komitmen yang dinamakan True Love Wait. Tuhan berulang kali pernah menggenapi apa yang terlihat begitu mustahil bagiku, dan aku yakin pada saat yang tepat, Tuhan akan menggenapinya lagi. Seperti Papa yang dulu pernah memberi perumpamaan tentang cinta lewat listrik statis dan listrik dinamis. Sayangnya aku masih terlalu dini untuk mengerti, dan aku menganggap kata-kata Papa seperti angin lalu, sedang aku menyesal karena baru mengerti sekarang.


Pa, pada detik ini, aku kembali berharap. Saat aku kembali menutup mata untuk tidur singkatku lagi, kamu datang dalam mimpiku, dengan seragam kebanggaan kamu seperti sebelum-sebelumnya. Papa membuatku yakin, bahwa segala pekerjaan yang dikerjakan dengan senang hati dan rasa bangga akan selalu berbuah baik. Kadang aku berpikir, kekagumanku pada Papa dan profesi Papa akan membawaku dalam sebuah obsesi? tidak. Aku hanya sebatas kagum, dan ini adalah salah satu upayaku, akan sebuah rindu yang tidak pernah bisa bermuara dan aku rasakan pada Papa.

Pa, terimakasih selalu menjadi Hero-ku, cinta pertamaku, dan Papa terbaik meski hanya dua belas tahun aku merasakan kasih sayangmu. Bahagia bersama Tuhan Yesus di Surga. I Love You.

pict from google


2 komentar:

Listyana Dwi Handayani mengatakan...

Aku sampe nangis loh bacanya😭 Papa Kak Uthe pasti bangga disana,meskipun kakak ngga kerja di PLN tapi Papa kak Uthe pasti tau itu keputusan terbaik dengan membantu mengobati orang-orang diluar sana

Nita Julianti Sukandar Putri mengatakan...

Happy birthday Mbak! Selalu jadi perempuan luar biasa kebanggaan Papanya. You are truly best woman that I've ever know. Salam bakoh!!!!

Posting Komentar